Kubisme
Kubisme sebagai pencetus gaya nonimitative muncul setelah Picasso dan Braque menggali sekaligus terpengaruh bentuk kesenian primitif, seperti patung suku bangsa Liberia, ukiran timbul (basrelief) bangsa Mesir, dan topeng-topeng suku Afrika. Juga pengaruh lukisan Paul Cezanne, terutama karya still life dan pemandangan, yang mengenalkan bentuk geometri baru dengan mematahkan perspektif zaman Renaisans. Ini membekas pada keduanya sehingga meneteskan aliran baru.
Istilah “Kubis” itu sendiri, tercetus berkat pengamatan beberapa kritikus. Louis Vauxelles (kritikus Prancis) setelah melihat sebuah karya Braque di Salon des Independants, berkomenmtar bahwa karya Braque sebagai reduces everything to little cubes (menempatkan segala sesuatunya pada bentuk kubus-kubus kecil. Gil Blas menyebutkan lukisan Braque sebagai bizzarries cubiques (kubus ajaib). Sementara itu, Henri Matisse menyebutnya sebagai susunan petits cubes (kubus kecil). Maka untuk selanjutnya dipakai istilah
Kubisme untuk memberi ciri dari aliran seperti karya-karya tersebut.
Perkembangan awal
Dalam tahap perkembangan awal, Kubisme mengalami fase Analitis yang dilanjutkan pada fase Sintetis. Pada 1908-1909 Kubisme segera mengarah lebih kompleks dalam corak yang kemudian lebih sistematis berkisar antara tahun 1910-1912. Fase awal ini sering diberi istilah Kubisme Analitis karena objek lukisan harus dianalisis. Semua elemen lukisan harus dipecah-pecah terdiri atas faset-fasetnya atau dalam bentuk kubus.
Objek lukisan kadang-kadang setengah tampak digambar dari depan persis, sedangkan setengahnya lagi dilihat dari belakang atau samping. Wajah manusia atau kepala binatang yang diekspos sedemikian rupa, sepintas terlihat dari samping dengan mata yang seharusnya tampak dari depan.
Pada fase Kubisme Analitis ini, para perupa sebenarnya telah membuat pernyataan dimensi keempat dalam lukisan, yaitu ruang dan waktu karena pola perspektif lama telah ditinggalkan.
Bila pada pereiode analitis Braque maupun Picasso masih terbelenggu dalam kreativitas yang terbatas, berbeda pada fase Kubisme Sintetis. Kaum Kubis tidak lagi terpaku pada tiga warna pokok dalam goresan-goresannya. Tema karya-karya mereka pun lebih variatif. Dengan keberanian meninggalkan sudut pandang yang menjadi ciri khasnya untuk beranjak ke tingkat inovatif berikutnya.
Perkembangan karya kaum Kubis selanjutnya adalah dengan perhatian mereka terhadap realitas. Dengan memasukkan guntingan-guntingan kata atau kalimat yang diambil dari surat paper colle. kabar kemudian direkatkan pada kanvas sehingga membentuk satu komposisi geometris. Eksperimen tempelan seperti ini lazim disebut teknik kolase.
Berikut adalah pelukis aliran Kubisme yang terkenal:
Georges Braque [p] (13
Mei 1882 - 31 Agustus1963) adalah seorang pelukis abad ke-20 besarPerancis
dan pematung bersama dengan Pablo Picasso, mengembangkan gaya seni
yang dikenal sebagai Kubisme.
Georges Braque lahir pada 13 Mei 1882, di Argenteuil, Val-d'Oise. Ia dibesarkan di Le Havre dan dilatih untuk menjadi seorang pelukis dan dekorator rumah seperti ayahnya dan kakeknya.Namun, ia juga belajar melukis seni selama malam hari di École des Beaux-Arts, di Le Havre, dari sekitar 1897-1899. Di Paris, diamagang dengan dekorator dan dianugerahisertifikat di tahun 1902. Tahun berikutnya, ia menghadiri Académie Humbert, juga di Paris,dan dicat di sana sampai 1904. Di sinilah dia bertemu Marie Laurencin dan Francis Picabia.
Pengaruh Kubisme di Indonesia
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, dua sekolah seni rupa Indonesia dibentuk. Di Yogya, didirikan Akademi Seni Rupa Indonesia (kini Institut Seni Indonesia), sedang di Bandung, fakultas seni rupa dibentuk sebagai bagian dari Institut Teknologi Bandung.

Ries Mulder, seorang guru seni warga negara Belanda yang mendalami Kubisme Analitis, mengajar di ITB, dan mempopulerkan pendekatan seni rupa Barat yang metodologis tersebut.

Gereja di Bandung, karya Ries Mulder
Murid-muridnya, di antaranya Ahmad Sadali, But Mochtar dan Mochtar Apin, diarahkan untuk berkarya seni menggunakan metoda Kubisme Analitisnya.

Sadali, New York
Mochtar Apin di studionya
Mochtar Apin, Pemandangan Eropa

Mochtar Apin, Pemandangan Eropa

But Muchtar , Perempuan-perempuan Bali

Srihadi Soedarsono , Perempuan-perempuan Bali

Srihadi Soedarsono, Pemandangan Mediterania
Para perupa Bandung, dijuluki oleh kritikus Trisno Sumardjo sebagai para perupa dari "Laboratorium Barat" karena pendekatan seni rupa mereka sangat "Barat", berbeda dari para perupa Yogya yang memperlihatkan pendekatan Dekoratis, yang merujuk pada ragam hias tradisional Indonesia
Lebih lanjut mengenai karrya-karya kubisme dalam video ini
sumber:
http://senirupapura.blogspot.com/2012/04/pengaruh-kubisme-di-indonesia.html
http://fajar-fajarandika.blogspot.com/2012/02/tokoh-tokoh-aliran-kubisme.html
http://www.analisadaily.com/news/read/2012/07/22/64343/sekilas_aliran_seni_lukis_kubisme_yang_dipelopori_picasso_dan_braque/#.UOpwNfhJ5KY
Steve McCurry
Steve McCurry
(lahir 24 Februari 1950) adalah seorang wartawan foto Amerika terkenal karena
fotonya, "Gadis Afghanistan" yang awalnya muncul di majalah National
Geographic.
Kubisme adalah sebuah gerakan seni avant-garde abad
ke-20 yang dirintis oleh Pablo Picasso dan Georges Braque. Gerakan
seni ini membuat revolusi dalam lukisan dan pahatan Eropa,
dan menginspirasi gerakan sejenis dalam musik dan sastra. Cabang
pertama kubisme, yaitu Kubisme Analitis, adalah gerakan seni
radikal dan berpengaruh yang muncul antara 1907 dan 1911 di Perancis. Pada fase
kedua, Kubisme Sintetis, gerakan ini menyebar dan masih ada sampai
sekitar tahun 1919, ketika gerakan Surealisme mulai
dikenal masyarakat.
Sejarawan seni Inggris, Douglas Cooper menjelaskaan
tiga fase Kubisme dalam bukunya, The Cubist Epoch. Menurut Cooper
ada yang namanya "Kubisme Awal" (1906-1908) ketika gerakan ini mulai
dikembangkan di studio Picasso dan Braque; fase kedua disebut "Kubisme
Tinggi" (1909-1914) ketika Juan Gris muncul
sebagai seniman berpengaruh; dan akhirnya "Kubisme Akhir" (1914-1921)
sebagai fase terakhir Kubisme sebagai gerakan avant-garde radikal.
Dalam karya seni kubisme, benda dipecahkan, dianalisis, dan
diatur kembali dalam bentuk abstrak—daripada menampilkan obyek dari satu sudut
pandang, seniman menampilkan subyek dari berbagai sudut pandang untuk
menjelaskan subyek dalam konteks yang lebih besar. Kadang permukaan bersilangan
dalam sudut acak, sehingga menghapus kedalaman lukisan yang jelas. Latar dan
obyek menembus satu sama lain untuk membentuk ruang ambigu dangkal yang menjadi
salah satu karakteristik khusus dari kubisme.
Prinsip-prinsip dasar yang umum pada kubisme yaitu menggambarkan bentuk
objek dengan cara memotong, distorsi, overlap, penyederhanaan, transparansi,
deformasi, menyusun dan aneka tampak. Gerakan ini dimulai pada media lukisan
dan patung melalui pendekatannya masing-masing pada kubisme, bentuk –bentuk
karyanya menggunakan bentuk –bentuk geometri (segitiga, segiempat, kerucut,
kubus, lingkaran dan sebagainya) seniman kubisme sering menggunakan teknik
kolase, misalnya menempelkan potongan kertas surat kabar, gambar –gambar poster
dan lain- lain.Kubisme sebagai pencetus gaya nonimitative muncul setelah Picasso dan Braque menggali sekaligus terpengaruh bentuk kesenian primitif, seperti patung suku bangsa Liberia, ukiran timbul (basrelief) bangsa Mesir, dan topeng-topeng suku Afrika. Juga pengaruh lukisan Paul Cezanne, terutama karya still life dan pemandangan, yang mengenalkan bentuk geometri baru dengan mematahkan perspektif zaman Renaisans. Ini membekas pada keduanya sehingga meneteskan aliran baru.
Istilah “Kubis” itu sendiri, tercetus berkat pengamatan beberapa kritikus. Louis Vauxelles (kritikus Prancis) setelah melihat sebuah karya Braque di Salon des Independants, berkomenmtar bahwa karya Braque sebagai reduces everything to little cubes (menempatkan segala sesuatunya pada bentuk kubus-kubus kecil. Gil Blas menyebutkan lukisan Braque sebagai bizzarries cubiques (kubus ajaib). Sementara itu, Henri Matisse menyebutnya sebagai susunan petits cubes (kubus kecil). Maka untuk selanjutnya dipakai istilah
Kubisme untuk memberi ciri dari aliran seperti karya-karya tersebut.
Perkembangan awal
Dalam tahap perkembangan awal, Kubisme mengalami fase Analitis yang dilanjutkan pada fase Sintetis. Pada 1908-1909 Kubisme segera mengarah lebih kompleks dalam corak yang kemudian lebih sistematis berkisar antara tahun 1910-1912. Fase awal ini sering diberi istilah Kubisme Analitis karena objek lukisan harus dianalisis. Semua elemen lukisan harus dipecah-pecah terdiri atas faset-fasetnya atau dalam bentuk kubus.
Objek lukisan kadang-kadang setengah tampak digambar dari depan persis, sedangkan setengahnya lagi dilihat dari belakang atau samping. Wajah manusia atau kepala binatang yang diekspos sedemikian rupa, sepintas terlihat dari samping dengan mata yang seharusnya tampak dari depan.
Pada fase Kubisme Analitis ini, para perupa sebenarnya telah membuat pernyataan dimensi keempat dalam lukisan, yaitu ruang dan waktu karena pola perspektif lama telah ditinggalkan.
Bila pada pereiode analitis Braque maupun Picasso masih terbelenggu dalam kreativitas yang terbatas, berbeda pada fase Kubisme Sintetis. Kaum Kubis tidak lagi terpaku pada tiga warna pokok dalam goresan-goresannya. Tema karya-karya mereka pun lebih variatif. Dengan keberanian meninggalkan sudut pandang yang menjadi ciri khasnya untuk beranjak ke tingkat inovatif berikutnya.
Perkembangan karya kaum Kubis selanjutnya adalah dengan perhatian mereka terhadap realitas. Dengan memasukkan guntingan-guntingan kata atau kalimat yang diambil dari surat paper colle. kabar kemudian direkatkan pada kanvas sehingga membentuk satu komposisi geometris. Eksperimen tempelan seperti ini lazim disebut teknik kolase.
Berikut adalah pelukis aliran Kubisme yang terkenal:
1. Pablo Picasso
Pablo Ruiz Picasso (lahir 25 Oktober 1881 – meninggal 8 April 1973 pada umur 91 tahun) adalah seorang seniman yang terkenal dalam aliran kubisme dan dikenal sebagai pelukisrevolusioner pada abad ke-20. Jenius seni yang cakap membuat patung, grafis, keramik, kostum penari balet sampai tata panggung. Lahir di Malaga, Spanyol 25 Oktober 1881dengan nama lengkap Pablo (or El Pablito) Diego José
Santiago Francisco de Paula Juan Nepomuceno Crispín Crispiniano de los Remedios
Cipriano de la Santísima Trinidad Ruiz Blasco y Picasso López. Ayahnya bernama
Josse Ruiz Blasco, seorang profesor seni dan ibunya bernama Maria Picasso Lopez.
Banyak seniman-seniman
masyhur ditandai oleh satu macam gaya dasar. Tidaklah demikian Picasso. Dia
menampilkan ruang luas dari pelbagai gaya yang mencengangkan. Kritikus-kritikus
seni memberi julukan seperti "periode biru," "periode merah muda,"
"periode neo-klasik" dan sebagainya. Dia merupakan salah satu dari
cikal bakal "Kubisme," Dia kadang ikut serta, kadang menentang
perkembangan-perkembangan baru dalam dunia lukis-melukis modern. Mungkin tak
ada pelukis dalam sejarah yang sanggup melakukan karya dengan kualitas begitu
tinggi dengan lewat begitu banyak gaya dan cara.
2. George Braque

Georges Braque lahir pada 13 Mei 1882, di Argenteuil, Val-d'Oise. Ia dibesarkan di Le Havre dan dilatih untuk menjadi seorang pelukis dan dekorator rumah seperti ayahnya dan kakeknya.Namun, ia juga belajar melukis seni selama malam hari di École des Beaux-Arts, di Le Havre, dari sekitar 1897-1899. Di Paris, diamagang dengan dekorator dan dianugerahisertifikat di tahun 1902. Tahun berikutnya, ia menghadiri Académie Humbert, juga di Paris,dan dicat di sana sampai 1904. Di sinilah dia bertemu Marie Laurencin dan Francis Picabia.
Pengaruh Kubisme di Indonesia
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, dua sekolah seni rupa Indonesia dibentuk. Di Yogya, didirikan Akademi Seni Rupa Indonesia (kini Institut Seni Indonesia), sedang di Bandung, fakultas seni rupa dibentuk sebagai bagian dari Institut Teknologi Bandung.

Ries Mulder, seorang guru seni warga negara Belanda yang mendalami Kubisme Analitis, mengajar di ITB, dan mempopulerkan pendekatan seni rupa Barat yang metodologis tersebut.

Gereja di Bandung, karya Ries Mulder
Murid-muridnya, di antaranya Ahmad Sadali, But Mochtar dan Mochtar Apin, diarahkan untuk berkarya seni menggunakan metoda Kubisme Analitisnya.

Sadali, New York
Mochtar Apin di studionya
Mochtar Apin, Pemandangan Eropa

Mochtar Apin, Pemandangan Eropa

But Muchtar , Perempuan-perempuan Bali

Srihadi Soedarsono , Perempuan-perempuan Bali

Srihadi Soedarsono, Pemandangan Mediterania
Para perupa Bandung, dijuluki oleh kritikus Trisno Sumardjo sebagai para perupa dari "Laboratorium Barat" karena pendekatan seni rupa mereka sangat "Barat", berbeda dari para perupa Yogya yang memperlihatkan pendekatan Dekoratis, yang merujuk pada ragam hias tradisional Indonesia
sumber:
http://senirupapura.blogspot.com/2012/04/pengaruh-kubisme-di-indonesia.html
http://fajar-fajarandika.blogspot.com/2012/02/tokoh-tokoh-aliran-kubisme.html
http://www.analisadaily.com/news/read/2012/07/22/64343/sekilas_aliran_seni_lukis_kubisme_yang_dipelopori_picasso_dan_braque/#.UOpwNfhJ5KY
Steve McCurry
Steve McCurry
|
|
Steve McCurry pada "Merayakan Multikulturalisme Melalui Fotografi", Central Market Annex galeri, Kuala Lumpur, Malaysia |
|
Born
|
|
Occupation
|
|
Agent
|
|
Notable credit(s)
|
Leica Hall of Penghargaan of Fame
Robert Capa Gold Medal Pelaporan Fotografi
Terbaik dari luar negeri
|
Website
|
|
Awal kehidupan
Steve McCurry lahir pada
24 Februari 1950 di Philadelphia, [1] dihadiri Penn State University. Dia awalnya
direncanakan untuk belajar sinematografi dan pembuatan film, tetapi akhirnya
mendapatkan gelar di bidang seni teater dan lulus pada tahun 1974. Ia menjadi
tertarik pada fotografi ketika ia mulai mengambil gambar untuk surat kabar The
Penn State mahasiswa Harian. [2]
Setelah bekerja di Pos
hari ini di King of Prussia, Pennsylvania selama dua tahun, ia berangkat ke
India untuk freelance. Itu di sini bahwa McCurry belajar untuk menonton dan
menunggu hidup. "Jika Anda menunggu," dia menyadari, "orang akan
lupa kamera Anda dan jiwa akan melayang ke tampilan.
Karier
Karirnya diluncurkan
ketika, menyamar dalam pakaian asli, ia menyeberangi perbatasan Pakistan ke
daerah yang dikuasai pemberontak Afghanistan sebelum invasi Soviet. Ketika ia
muncul, ia memiliki rol film dijahit menjadi pakaian. Gambar tersebut, yang
diterbitkan di seluruh dunia, adalah di antara yang pertama untuk menunjukkan
konflik. Liputan memenangkan Medali Emas Robert Capa Pelaporan Fotografi
Terbaik dari luar negeri, penghargaan yang didedikasikan untuk fotografer
menunjukkan keberanian yang luar biasa dan perusahaan.
McCurry terus untuk
menutupi konflik bersenjata, termasuk Iran-Irak, Lebanon Perang Saudara, Perang
Saudara Kamboja, pemberontakan Islam di Filipina, Perang Teluk, dan Perang
Sipil Afghanistan. Karyanya telah ditampilkan di majalah di seluruh dunia dan
dia adalah kontributor sering untuk National Geographic. Ia telah menjadi
anggota Foto Magnum sejak 1986.
Dia adalah penerima
berbagai penghargaan, termasuk Photographer Magazine of the Year, diberikan
oleh Asosiasi Fotografer Pers Nasional. Pada tahun yang sama, ia memenangkan
empat belum pernah terjadi sebelumnya tempat pertama hadiah dalam kontes World
Press Photo.
McCurry berfokus pada
konsekuensi manusia perang, tidak hanya menunjukkan apa perang mengesankan pada
lanskap, melainkan, pada wajah manusia. "Sebagian besar gambar-gambar saya
didasarkan pada orang. Saya mencari saat yang tak dijaga, jiwa penting
mengintip keluar, pengalaman tergores di wajah seseorang. Saya mencoba untuk
menyampaikan apa rasanya menjadi orang, seseorang terjebak dalam lanskap yang
lebih luas, bahwa Anda bisa menelepon kondisi manusia. "
Steve McCurry
digambarkan dalam sebuah film dokumenter TV Wajah Kondisi Manusia (2003) oleh
Perancis Denis pemenang penghargaan pembuat film Delestrac.
"Afghan Girl"
McCurry mengambil
potretnya yang paling dikenal, "Gadis Afghanistan", di sebuah kamp
pengungsi di dekat Peshawar, Pakistan. Gambar itu sendiri disebut sebagai
"foto paling dikenal" dalam sejarah majalah National Geographic dan
wajahnya menjadi terkenal sebagai foto penutup pada edisi 1.985 Juni. Foto
tersebut juga telah banyak digunakan pada brosur Amnesty International, poster,
dan kalender. Identitas "Gadis Afghanistan" tetap tidak diketahui
selama lebih dari 17 tahun sampai McCurry dan tim National Geographic terletak
wanita, Sharbat Gula, pada tahun 2002. McCurry mengatakan, "Kulitnya sudah
lapuk, ada keriput sekarang, tapi dia adalah sebagai mencolok karena ia
bertahun-tahun lalu.
"Kodachrome"
Meskipun McCurry tunas
baik di digital dan film, pilihannya adalah untuk mengakui film transparansi.
Eastman Kodak membiarkannya menembak gulungan pernah diproduksi terakhir dari
film Kodachrometransparency, yang diproses pada bulan Juli 2010 oleh Foto Dwayne
di Parsons, Kansas, dan akan ditempatkan di George Eastman House. [3] Sebagian
besar foto, termasuk beberapa dekat- duplikat, telah dipublikasikan di internet
oleh Vanity Fair. "Aku menembak selama 30 tahun dan saya memiliki beberapa
ratus ribu gambar pada Kodachrome dalam arsip saya sedang mencoba untuk
menembak 36 gambar yang bertindak sebagai semacam wrap up -.. Untuk menandai
berlalunya Kodachrome Ini adalah film yang indah. "
PENGHARGAAN
2011
|
St. Moritz, Switzerland
|
|
2011
|
Prix LiberPress
|
Girona, Spain
|
2009
|
Ambrogino D’Oro
|
Milan, Italy
|
2006
|
||
2006
|
||
2006
|
Honorary Fellowship
|
New Zealand Institute of Professional Photography (NZIPP)
|
2005
|
Honorary Fellowship
|
|
2005
|
Photojournalism Division-International Understanding through
Photography Award
|
Photographic Society of America
|
2003
|
The Lucie Award for Photojournalism
|
International Photography Awards
|
2003
|
Distinguished Alumni Award
|
|
2003
|
||
2002
|
Distinguished Visiting Fellow
|
|
2002
|
||
2002
|
Photographer of the Year - PMDA Professional Photographer Award
|
PMDA
|
2002
|
Photographer of the Year
|
American Photo Magazine
|
2002
|
Special Recognition Award
|
|
2002
|
Award of Excellence for "Women of Afghanistan"
|
French Art Directors Association
|
2001
|
Award of Excellence, Book Series: "South SouthEast
|
Photography Annual, Communication Arts
|
2000
|
Book of the Year: "South SouthEast"
Magazine Feature Picture Award of Excellence: "Women in
Field, Yemen
|
Picture of the Year
Competition
|
1999
|
Lifetime Fellow Award
|
Pennsylvania State
University, PA
|
1998
|
Our World Photo
Winner, "Red Boy"
Our World Essay Finalist, India
|
Life Magazine: 'The Eisenstaedt Awards'
|
1998
|
Award of Excellence,
Portraits: Red Boy
|
Picture of the Year
Competition
|
1998
|
Southern Asian
Journalistic Award: Outstanding Special Project: National Geographic Story, India: 50 Years of Independence
Southern Asian Journalistic Award: Outstanding Photograph: Red Boy
|
|
1997
|
Magazine Feature
Picture Award of Excellence: Fishermen
|
Picture of the Year
Competition
|
1996
|
Magazine Feature
Picture Story Award: '"Beggar
Magazine Feature Picture Story Award: Burma: The Richest of the Poor Countries
|
Picture of the Year
Competition
|
1994
|
Arts and Architecture
Distinguished Alumni Award
|
|
1993
|
Award of Excellence
for Rubble of War
|
|
1992
|
Oliver Rebbot Memorial
Award: Best Photographic Reporting from Abroad on Gulf War Coverage
|
|
1992
|
Magazine Feature Picture
Award of Excellence: Fiery Aliens
First Place, Magazine Science Award: Camels under a Blackened Sky First Place, Gulf War News Story: Kuwait: After the Storm
|
Picture of the Year
Competition
|
1992
|
First Place, Nature
and Environment: Oil-Stricken Bird, Kuwait
First Place, General News Stories: Kuwait after the Storm Children's Award: "Camels under a
Blackened Sky
|
World Press Photo
Competition
|
1990
|
Award of Excellence,
"Spanish Gypsy
|
White House News
Photographers Association
|
1987
|
Medal of Honor for coverage
of the 1986 Philippine Revolution
|
Philippines
|
1986
|
Oliver Rebbot Memorial
Award: Best Photographic Reporting from Abroad for work done in the
Philippines
|
|
1984
|
Nature Category, First
Place
Nature Series Category, First place Daily LIfe Category, First
Place Daily Life Series, First Place
|
World Press
Competition
|
1985
|
Oliver Rebbot Award
Citation: Monsoons and The New Faces of Baghdad
|
|
1984
|
Magazine Photographer
of the Year
|
|
1980
|
Publications
The Iconic Photographs
|
Phaidon Press
|
Limited, 2011
|
The Unguarded Moment
|
Phaidon Press
|
Limited, 2009
|
In the Shadow of Mountains
|
Phaidon Press Limited
|
2007
|
Looking East
|
Phaidon Press Limited
|
2006
|
Steve McCurry
|
Phaidon Press Limited
|
2005
|
The Path to Buddha: A Tibetan Pilgrimage
|
Phaidon Press Limited
|
2003
|
Sanctuary: The Temples of Angkor
|
Phaidon Press Limited
|
2002
|
South Southeast
|
Phaidon Press Limited
|
2000
|
Portraits
|
Phaidon Press Limited
|
1999
|
Monsoon
|
Thames and Hudson
|
1988
|
The Imperial Way - Photographs by Steve McCurry and Text by Paul Theroux
|
Houghton-Mifflin Company
|
1985
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar